Oleh : Baiq Leadyana Hanesty
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah kami dapat
menyelesaikan tugas kami dengan tepat waktu.
Berikut ini adalah persembahan sebuah makalah dengan judul
“Seks Bebas Dikalangan Remaja”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang
cukup besar bagi kalangan remaja yang hidup di zaman serba modern ini agar
tidak terjerumus ke pergaulan yang salah.
Adapun isi dari penulisan tugas ini dikatakan sempurna,
kami menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada tugas kelompok kami. Maka
dari itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan kami. Selain
itu, kami senantiasa untuk menerima masukan guna penyempurnaan tugas kami.
Mudah-mudahan tugas kelompok ini bermanfaat bagi kita semua.
Tangerang
Selatan, April 2013
Penyusun
v
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar............................................................................................................v
Daftar Isi......................................................................................................................vi
Bab I (Pendahuluan)....................................................................................................1
Latar Belakang..................................................................................................1
Bab II (Pembahasan)...................................................................................................3
Pengertian
Seks Bebas....................................................................................3
Dari
Beberapa Ahli.................................................................................3
Dari
Kesimpulan Pendapat Para Ahli.....................................................3
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Adanya Perilaku Seks Bebas...................4
Faktor
Umum.........................................................................................4
Faktor
Internal........................................................................................4
Faktor
Eksternal.....................................................................................5
Dampak
Buruk Dari Seks Bebas......................................................................5
Upaya
Mengatasi dan Mencegah Perilaku Seks Bebas Pada Remaja............6
Bab III (Kesimpulan dan Saran)...................................................................................7
Kesimpulan.......................................................................................................7
Saran................................................................................................................7
vi
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Seks pada hakekatnya merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan
syahwat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari yang
disebut seks. Karena dari seks lah awal sebuah kehidupan berlangsung lewat
reproduksi. Tetapi banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa seks
itu adalah istilah lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara pria dan
wanita. Jika kedua jenis seks ini bersatu, maka disebut perilaku seks.
Sedangkan perilaku seks dapatdiartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan
cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Ada pula yang men
gatakan bahwa seks merupakan hadiah untuk memenuhi atau memuaskan hasrat birahi pihak lain.
Akan tetapi sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab dan bermoral, seks merupakan dorongan emosi cinta suci yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan cinta dan keturunan, maka ia akan melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Perilaku seks merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks. Bagi golongan masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilai dan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang dianggap
belum cukup dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya, termasuk mereka sendiri sebagai suami isteri merasa risih dan malu berbicara tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan hukum adat, Agama dan ajaran moralitas, dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalam prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.
gatakan bahwa seks merupakan hadiah untuk memenuhi atau memuaskan hasrat birahi pihak lain.
Akan tetapi sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab dan bermoral, seks merupakan dorongan emosi cinta suci yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan cinta dan keturunan, maka ia akan melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Perilaku seks merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks. Bagi golongan masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilai dan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang dianggap
belum cukup dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya, termasuk mereka sendiri sebagai suami isteri merasa risih dan malu berbicara tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan hukum adat, Agama dan ajaran moralitas, dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalam prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.
Biasanya hubungan intim antara dua orang lawan jenis cenderung bersifat
emosional primer, dan apabila terpisah atau mendapat hambatan, maka keduanya
akan merasa terganggu atau kehilangan jati dirinya. Berbeda dengan hubungan
intim yang terjadi dalam kehidupan masyarakat modern, biasanya cenderung
bersifat rasional sekunder. Anak-anak yang mulai tumbuh remaja lebih suka
berbicara seks dikalangan teman-temannya. Jika hubungan intim itu terpisah atau
mendapat hambatan, maka mereka tidak akan kehilangan jati diri dan lebih cepat
untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam lingkungan pergaulan lainnya.
1
Namun saat ini seks tidak lagi di
andang seperti itu, Kata seks sudah diartikan negative dan menyimpang dari
makna sebenarnya. Bahkan dunia remaja sekarang sudah rentan sekali dengan seks
bebas terutama bagi mereka yang berpacaran. Lembaga keluarga yang bersifat
universal dan multi fungsional, baik pengawasan sosial, pendidikan keagamaan
dan moral, memelihara, perlindungan dan rekreasi terhadap anggota-anggota
keluarganya, dalam berhadapan dengan proses modernitas sosial, cenderung
kehilangan fungsinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN SEKS BEBAS
Seks bebas menurut beberapa ahli yang berpendapat
:
Ø
Kartono, merupakan
perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi
lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan
bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat.
Ø
Desmita, segala cara
mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan
organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak
seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena
remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual.
Ø
Nevid dkk, seks
antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan
secara fisik.
Ø
Maslow (dalam Hall
& Lindzey), bahwa terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi manusia,
salah satunya adalah kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhan dasar manusia
dalam bertahan hidup, yaitu kebutuhan yang bersifat instinktif ini biasanya
akan sukar untuk dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama dorongan
seks.
Ø
Cynthia (dalam
Wicaksono), seks juga diartikan sebagai hubungan seksual tanpa ikatan pada yang
menyebabkan berganti-ganti pasangan.
Ø
Sarwono, segala
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan,
berciuman (kissing), berciuman belum sampai menempelkan alat kelamin yang
biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat
kelamin tetapi belum bersenggama (necking, dan bercumbuan sampai menempelkan
alat kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan
namun belum bersenggama (petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse),
yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.
Jadi, berdasarkan penjabaran definisi di atas maka
dapat disimpulkan pengertian seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di
luar hubungan pernikahan mulai dari necking, petting sampai intercourse dan
bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang
tidak bisa diterima secara umum.
3
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ADANYA PERILAKU SEKS BEBAS
a.
Faktor Umum
Menurut Abdul Syani, latar belakang terjadinya perilaku seks bebas pada
umumnya di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Gagalnya
sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas
2. Semakin terbukanya
peluang pergaulan bebas, setara dengan kuantitas pengetahuan sosial dan
kelompok pertemanan
3. Kekosongan
aktivitas-aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupansehari-hari
4. Sensitifitas
penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan dan seks bebas relatif
tinggi
5. Rendahnya
konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga-lembaga
sosial yang berwenang
6. Rendahnya
keperdulian dan kontrol sosial masyarakat
7. Adanya kemudahan
dalam mengantisipasi resiko kehamilan
8. Rendahnya
pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya yang dapat di
timbulkan dari seks bebas
9. Sikap perilaku
dan busana yang mengundang desakan seks
10. Tersedianya
lokalisasi atau legalitas pekerja seks.
Menurut M. Masri Muadz, ada beberapa faktor yang mendorong remaja melakukan
hubungan seks pra-nikah. Di antaranya, pengaruh liberalisme dan pergaulan
bebas, kemudian lingkungan dan keluarga, serta pengaruh media massa, khususnya
TV dan internet.
b. Faktor Internal
v Krisis
identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
v Kontrol diri
yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
4
c.
Faktor Eksternal
Adapun yang menjadi faktor eksternal munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja adalah sebagai berikut :
Adapun yang menjadi faktor eksternal munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja adalah sebagai berikut :
·
Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
·
Teman sebaya yang kurang baik
·
Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal-hal di atas yang merupakan factor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku remaja melakukan hubungan seks pra-nikah atau melakukan tindakan-tindakan kenakalan remaja yang sangat bervariasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa factor penyebab adanya perilaku seks bebas di kalangan remaja cukup kompleks dan sangat luas, yang meliputi:
Hal-hal di atas yang merupakan factor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku remaja melakukan hubungan seks pra-nikah atau melakukan tindakan-tindakan kenakalan remaja yang sangat bervariasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa factor penyebab adanya perilaku seks bebas di kalangan remaja cukup kompleks dan sangat luas, yang meliputi:
ü kurangnya kasih sayang orang tua.
ü kurangnya pengawasan dari orang
tua.
ü pergaulan dengan teman yang tidak
sebaya.
ü peran dari perkembangan iptek
yang berdampak negatif.
ü tidak adanya bimbingan
kepribadian dari sekolah.
ü dasar-dasar agama yang kurang.
ü tidak adanya media penyalur bakat
dan hobinya.
ü kebasan yang berlebihan.
ü masalah yang dipendam
DAMPAK BURUK DARI SEKS BEBAS
1)
Untuk perempuan dibawah usia 17 tahun, yang pernah melakukan
hubungan seks bebas akan beresiko tinggi terkena kanker serviks. Beresiko
tertular penyakit kelamin dan HIV-AIDS yang bisa menyebabkan kemandulan bahkan
kematian. Terjadinya KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga tindakan aborsi
yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat permanen bahkan
berujung pada kematian.
2)
Dampak yang seringkali terlupakan ketika melakukan free sex adalah
akan selalu muncul rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu, kesepian, tidak
punya bantuan, binggung, stress, benci pada diri sendiri, benci pada orang yang
terlibat, takut tidak jelas, sulit tidur, kehilangan percaya diri, gangguan
makan, kehilangan konsentrasi, depresi, berduka, tidak bisa memaafkan diri
sendiri, takut akan hukuman Tuhan, mimpi buruk, merasa hampa, halusinasi, sulit
mempertahankan hubungan.
5
Upaya Mengatasi dan Mencegah Perilaku
Seks Bebas Pada Remaja
Ada beberapa upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi dan mencegah perilaku seks bebas di kalangan remaja, yaitu sebagai berikut :
Ada beberapa upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi dan mencegah perilaku seks bebas di kalangan remaja, yaitu sebagai berikut :
1. Perlunya kasih
sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
2. Adanya
pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja
membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut
pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua
perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus
melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
3. Biarkanlah anak
bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik
lebih tua darinya.
4. Pengawasan yang
perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio,
handphone, dll.
5. Perlunya
bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak
menghabiskan waktunya selain di rumah.
6. Perlunya
pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan
mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
7. Perlunya
mendukung hobi yang di inginkan selama itu masih positif. Jangan pernah
mencegah hobi maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama
bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan
kepercayaan dirinya.
8. Sebagai orang
tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda
dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
9. Kegagalan
mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin
figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga
mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
10. Adanya motivasi
dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
11. Kemauan
orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
12. Remaja pandai
memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan
siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
13. Remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
6
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik bebarapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Populernya seks
bebas di kalangan remaja, karena adanya tekanan dari teman-teman, lingkungan
atau mungkin pasangan sendiri.
2. Faktor-faktor
yang menyebabkan munculnya perilaku seks bebas adalah krisis identitas dan
kurangnya kontrol diri.
3. Upaya untuk
mengatasi dan mencegah perilaku seks bebas yaitu orang tua harus memberi kasih
sayang dan perhatian kepada anak-anak remaja, adanya pengawasan yang tidak
mengekang, bimbingan kepribadian dan pendidikan agama.
4. Orang tua,
lingkungan, teman sebaya, dan media sosial merupakan pengaruh terbesar bagi
remaja terkena dampak dari seks bebas.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kami menyarankan beberapa hal berikut, kepada:
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kami menyarankan beberapa hal berikut, kepada:
1. Para orang tua
untuk memberi kasih sayang, pengawasan intensif dan perhatian, pendidikan
kepribadian dan pendidikan agama yang cukup bagi bagi anak remajanya sehingga
terhindar dari perilaku seks bebas dan memberikan pengekangan yang berlebihan
kepada anak.
2. Para guru untuk
selalu memberikan pengawasan dan selalu
memberikan masukan-masukan, dan ilmu
pengetahuan tentang bahaya dan dampak dari seks bebas.
3. Para remaja
untuk tidak melakukan dan terjun kedunia pergaulan bebas dan seks bebas, tetapi
memperbanyak aktifitas-aktifitas positif, baik di sekolah maupun di rumah, dan
tidak berpacaran hingga melewati ambang batas.
7