SIKAP ANTI SOSIAL - SEKS BEBAS PADA REMAJA


Oleh : Baiq Leadyana Hanesty





KATA PENGANTAR

            Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan tugas kami dengan tepat waktu.
            Berikut ini adalah persembahan sebuah makalah dengan judul “Seks Bebas Dikalangan Remaja”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang cukup besar bagi kalangan remaja yang hidup di zaman serba modern ini agar tidak terjerumus ke pergaulan yang salah.
            Adapun isi dari penulisan tugas ini dikatakan sempurna, kami menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada tugas kelompok kami. Maka dari itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan kami. Selain itu, kami senantiasa untuk menerima masukan guna penyempurnaan tugas kami. Mudah-mudahan tugas kelompok ini bermanfaat bagi kita semua.










Tangerang Selatan,     April 2013
           
Penyusun






v




DAFTAR ISI



Kata Pengantar............................................................................................................v
Daftar Isi......................................................................................................................vi
Bab I (Pendahuluan)....................................................................................................1
            Latar Belakang..................................................................................................1
Bab II (Pembahasan)...................................................................................................3
            Pengertian Seks Bebas....................................................................................3
                        Dari Beberapa Ahli.................................................................................3
                        Dari Kesimpulan Pendapat Para Ahli.....................................................3
            Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adanya Perilaku Seks Bebas...................4
                        Faktor Umum.........................................................................................4
                        Faktor Internal........................................................................................4
                        Faktor Eksternal.....................................................................................5
            Dampak Buruk Dari Seks Bebas......................................................................5
            Upaya Mengatasi dan Mencegah Perilaku Seks Bebas Pada Remaja............6
Bab III (Kesimpulan dan Saran)...................................................................................7
            Kesimpulan.......................................................................................................7
            Saran................................................................................................................7







vi
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seks pada hakekatnya merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari yang disebut seks. Karena dari seks lah awal sebuah kehidupan berlangsung lewat reproduksi. Tetapi banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah istilah lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita. Jika kedua jenis seks ini bersatu, maka disebut perilaku seks. Sedangkan perilaku seks dapatdiartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Ada pula yang men
gatakan bahwa seks merupakan hadiah untuk memenuhi atau memuaskan hasrat birahi pihak lain.
Akan tetapi sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab dan bermoral, seks merupakan dorongan emosi cinta suci yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan cinta dan keturunan, maka ia akan melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Perilaku seks merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks. Bagi golongan masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilai dan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang dianggap
belum cukup dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya, termasuk mereka sendiri sebagai suami isteri merasa risih dan malu berbicara tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan hukum adat, Agama dan ajaran moralitas, dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalam prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.
Biasanya hubungan intim antara dua orang lawan jenis cenderung bersifat emosional primer, dan apabila terpisah atau mendapat hambatan, maka keduanya akan merasa terganggu atau kehilangan jati dirinya. Berbeda dengan hubungan intim yang terjadi dalam kehidupan masyarakat modern, biasanya cenderung bersifat rasional sekunder. Anak-anak yang mulai tumbuh remaja lebih suka berbicara seks dikalangan teman-temannya. Jika hubungan intim itu terpisah atau mendapat hambatan, maka mereka tidak akan kehilangan jati diri dan lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam lingkungan pergaulan lainnya.

1

Namun saat ini seks tidak lagi di andang seperti itu, Kata seks sudah diartikan negative dan menyimpang dari makna sebenarnya. Bahkan dunia remaja sekarang sudah rentan sekali dengan seks bebas terutama bagi mereka yang berpacaran. Lembaga keluarga yang bersifat universal dan multi fungsional, baik pengawasan sosial, pendidikan keagamaan dan moral, memelihara, perlindungan dan rekreasi terhadap anggota-anggota keluarganya, dalam berhadapan dengan proses modernitas sosial, cenderung kehilangan fungsinya.























2
BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN SEKS BEBAS

Seks bebas menurut beberapa ahli yang berpendapat :
Ø  Kartono, merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat.
Ø  Desmita, segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual.
Ø  Nevid dkk, seks antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan secara fisik.
Ø  Maslow (dalam Hall & Lindzey), bahwa terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi manusia, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup, yaitu kebutuhan yang bersifat instinktif ini biasanya akan sukar untuk dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama dorongan seks.
Ø  Cynthia (dalam Wicaksono), seks juga diartikan sebagai hubungan seksual tanpa ikatan pada yang menyebabkan berganti-ganti pasangan.
Ø  Sarwono, segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman (kissing), berciuman belum sampai menempelkan alat kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama (necking, dan bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama (petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse), yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.
Jadi, berdasarkan penjabaran definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan mulai dari necking, petting sampai intercourse dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa diterima secara umum.

3
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADANYA PERILAKU SEKS BEBAS
a.    Faktor Umum
Menurut Abdul Syani, latar belakang terjadinya perilaku seks bebas pada umumnya di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1.     Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas
2.     Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas, setara dengan kuantitas pengetahuan sosial dan kelompok pertemanan
3.     Kekosongan aktivitas-aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupansehari-hari
4.     Sensitifitas penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan dan seks bebas relatif tinggi
5.     Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang berwenang
6.     Rendahnya keperdulian dan kontrol sosial masyarakat
7.     Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan
8.     Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya yang dapat di timbulkan dari seks bebas
9.     Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan seks
10.  Tersedianya lokalisasi atau legalitas pekerja seks.
Menurut M. Masri Muadz, ada beberapa faktor yang mendorong remaja melakukan hubungan seks pra-nikah. Di antaranya, pengaruh liberalisme dan pergaulan bebas, kemudian lingkungan dan keluarga, serta pengaruh media massa, khususnya TV dan internet.
b.    Faktor Internal

v  Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

v  Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

4
c.    Faktor Eksternal

Adapun yang menjadi faktor eksternal munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja adalah sebagai berikut :
·         Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
·         Teman sebaya yang kurang baik
·         Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal-hal di atas yang merupakan factor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku remaja melakukan hubungan seks pra-nikah atau melakukan tindakan-tindakan kenakalan remaja yang sangat bervariasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa factor penyebab adanya perilaku seks bebas di kalangan remaja cukup kompleks dan sangat luas, yang meliputi:
ü  kurangnya kasih sayang orang tua.
ü  kurangnya pengawasan dari orang tua.
ü  pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.
ü  peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.
ü  tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.
ü  dasar-dasar agama yang kurang.
ü  tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya.
ü  kebasan yang berlebihan.
ü  masalah yang dipendam

DAMPAK BURUK DARI SEKS BEBAS
1)    Untuk perempuan dibawah usia 17 tahun, yang pernah melakukan hubungan seks bebas akan beresiko tinggi terkena kanker serviks. Beresiko tertular penyakit kelamin dan HIV-AIDS yang bisa menyebabkan kemandulan bahkan kematian. Terjadinya KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga tindakan aborsi yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat permanen bahkan berujung pada kematian.
2)    Dampak yang seringkali terlupakan ketika melakukan free sex adalah akan selalu muncul rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu, kesepian, tidak punya bantuan, binggung, stress, benci pada diri sendiri, benci pada orang yang terlibat, takut tidak jelas, sulit tidur, kehilangan percaya diri, gangguan makan, kehilangan konsentrasi, depresi, berduka, tidak bisa memaafkan diri sendiri, takut akan hukuman Tuhan, mimpi buruk, merasa hampa, halusinasi, sulit mempertahankan hubungan.
5
Upaya Mengatasi dan Mencegah Perilaku Seks Bebas Pada Remaja

Ada beberapa upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi dan mencegah perilaku seks bebas di kalangan remaja, yaitu sebagai berikut :
1.    Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
2.    Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
3.    Biarkanlah anak bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya.
4.    Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
5.    Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
6.    Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
7.    Perlunya mendukung hobi yang di inginkan selama itu masih positif. Jangan pernah mencegah hobi maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
8.    Sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
9.    Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
10. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
11. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
12. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
13. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

6
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik bebarapa kesimpulan sebagai berikut:
1.     Populernya seks bebas di kalangan remaja, karena adanya tekanan dari teman-teman, lingkungan atau mungkin pasangan sendiri.
2.     Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku seks bebas adalah krisis identitas dan kurangnya kontrol diri.
3.     Upaya untuk mengatasi dan mencegah perilaku seks bebas yaitu orang tua harus memberi kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak remaja, adanya pengawasan yang tidak mengekang, bimbingan kepribadian dan pendidikan agama.
4.     Orang tua, lingkungan, teman sebaya, dan media sosial merupakan pengaruh terbesar bagi remaja terkena dampak dari seks bebas.
SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kami menyarankan beberapa hal berikut, kepada:
1.     Para orang tua untuk memberi kasih sayang, pengawasan intensif dan perhatian, pendidikan kepribadian dan pendidikan agama yang cukup bagi bagi anak remajanya sehingga terhindar dari perilaku seks bebas dan memberikan pengekangan yang berlebihan kepada anak.
2.     Para guru untuk selalu memberikan  pengawasan dan selalu memberikan  masukan-masukan, dan ilmu pengetahuan tentang bahaya dan dampak dari seks bebas.
3.     Para remaja untuk tidak melakukan dan terjun kedunia pergaulan bebas dan seks bebas, tetapi memperbanyak aktifitas-aktifitas positif, baik di sekolah maupun di rumah, dan tidak berpacaran hingga melewati ambang batas.

7

0 komentar:

Posting Komentar

SIKAP ANTI SOSIAL - SEKS BEBAS PADA REMAJA


Oleh : Baiq Leadyana Hanesty





KATA PENGANTAR

            Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan tugas kami dengan tepat waktu.
            Berikut ini adalah persembahan sebuah makalah dengan judul “Seks Bebas Dikalangan Remaja”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang cukup besar bagi kalangan remaja yang hidup di zaman serba modern ini agar tidak terjerumus ke pergaulan yang salah.
            Adapun isi dari penulisan tugas ini dikatakan sempurna, kami menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada tugas kelompok kami. Maka dari itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan kami. Selain itu, kami senantiasa untuk menerima masukan guna penyempurnaan tugas kami. Mudah-mudahan tugas kelompok ini bermanfaat bagi kita semua.










Tangerang Selatan,     April 2013
           
Penyusun






v




DAFTAR ISI



Kata Pengantar............................................................................................................v
Daftar Isi......................................................................................................................vi
Bab I (Pendahuluan)....................................................................................................1
            Latar Belakang..................................................................................................1
Bab II (Pembahasan)...................................................................................................3
            Pengertian Seks Bebas....................................................................................3
                        Dari Beberapa Ahli.................................................................................3
                        Dari Kesimpulan Pendapat Para Ahli.....................................................3
            Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adanya Perilaku Seks Bebas...................4
                        Faktor Umum.........................................................................................4
                        Faktor Internal........................................................................................4
                        Faktor Eksternal.....................................................................................5
            Dampak Buruk Dari Seks Bebas......................................................................5
            Upaya Mengatasi dan Mencegah Perilaku Seks Bebas Pada Remaja............6
Bab III (Kesimpulan dan Saran)...................................................................................7
            Kesimpulan.......................................................................................................7
            Saran................................................................................................................7







vi
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seks pada hakekatnya merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari yang disebut seks. Karena dari seks lah awal sebuah kehidupan berlangsung lewat reproduksi. Tetapi banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah istilah lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita. Jika kedua jenis seks ini bersatu, maka disebut perilaku seks. Sedangkan perilaku seks dapatdiartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Ada pula yang men
gatakan bahwa seks merupakan hadiah untuk memenuhi atau memuaskan hasrat birahi pihak lain.
Akan tetapi sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab dan bermoral, seks merupakan dorongan emosi cinta suci yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan cinta dan keturunan, maka ia akan melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Perilaku seks merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks. Bagi golongan masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilai dan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang dianggap
belum cukup dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya, termasuk mereka sendiri sebagai suami isteri merasa risih dan malu berbicara tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan hukum adat, Agama dan ajaran moralitas, dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalam prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.
Biasanya hubungan intim antara dua orang lawan jenis cenderung bersifat emosional primer, dan apabila terpisah atau mendapat hambatan, maka keduanya akan merasa terganggu atau kehilangan jati dirinya. Berbeda dengan hubungan intim yang terjadi dalam kehidupan masyarakat modern, biasanya cenderung bersifat rasional sekunder. Anak-anak yang mulai tumbuh remaja lebih suka berbicara seks dikalangan teman-temannya. Jika hubungan intim itu terpisah atau mendapat hambatan, maka mereka tidak akan kehilangan jati diri dan lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam lingkungan pergaulan lainnya.

1

Namun saat ini seks tidak lagi di andang seperti itu, Kata seks sudah diartikan negative dan menyimpang dari makna sebenarnya. Bahkan dunia remaja sekarang sudah rentan sekali dengan seks bebas terutama bagi mereka yang berpacaran. Lembaga keluarga yang bersifat universal dan multi fungsional, baik pengawasan sosial, pendidikan keagamaan dan moral, memelihara, perlindungan dan rekreasi terhadap anggota-anggota keluarganya, dalam berhadapan dengan proses modernitas sosial, cenderung kehilangan fungsinya.























2
BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN SEKS BEBAS

Seks bebas menurut beberapa ahli yang berpendapat :
Ø  Kartono, merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat.
Ø  Desmita, segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual.
Ø  Nevid dkk, seks antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan secara fisik.
Ø  Maslow (dalam Hall & Lindzey), bahwa terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi manusia, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup, yaitu kebutuhan yang bersifat instinktif ini biasanya akan sukar untuk dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama dorongan seks.
Ø  Cynthia (dalam Wicaksono), seks juga diartikan sebagai hubungan seksual tanpa ikatan pada yang menyebabkan berganti-ganti pasangan.
Ø  Sarwono, segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman (kissing), berciuman belum sampai menempelkan alat kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama (necking, dan bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama (petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse), yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.
Jadi, berdasarkan penjabaran definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan mulai dari necking, petting sampai intercourse dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa diterima secara umum.

3
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADANYA PERILAKU SEKS BEBAS
a.    Faktor Umum
Menurut Abdul Syani, latar belakang terjadinya perilaku seks bebas pada umumnya di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1.     Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas
2.     Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas, setara dengan kuantitas pengetahuan sosial dan kelompok pertemanan
3.     Kekosongan aktivitas-aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupansehari-hari
4.     Sensitifitas penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan dan seks bebas relatif tinggi
5.     Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang berwenang
6.     Rendahnya keperdulian dan kontrol sosial masyarakat
7.     Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan
8.     Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya yang dapat di timbulkan dari seks bebas
9.     Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan seks
10.  Tersedianya lokalisasi atau legalitas pekerja seks.
Menurut M. Masri Muadz, ada beberapa faktor yang mendorong remaja melakukan hubungan seks pra-nikah. Di antaranya, pengaruh liberalisme dan pergaulan bebas, kemudian lingkungan dan keluarga, serta pengaruh media massa, khususnya TV dan internet.
b.    Faktor Internal

v  Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

v  Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

4
c.    Faktor Eksternal

Adapun yang menjadi faktor eksternal munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja adalah sebagai berikut :
·         Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
·         Teman sebaya yang kurang baik
·         Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal-hal di atas yang merupakan factor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku remaja melakukan hubungan seks pra-nikah atau melakukan tindakan-tindakan kenakalan remaja yang sangat bervariasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa factor penyebab adanya perilaku seks bebas di kalangan remaja cukup kompleks dan sangat luas, yang meliputi:
ü  kurangnya kasih sayang orang tua.
ü  kurangnya pengawasan dari orang tua.
ü  pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.
ü  peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.
ü  tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.
ü  dasar-dasar agama yang kurang.
ü  tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya.
ü  kebasan yang berlebihan.
ü  masalah yang dipendam

DAMPAK BURUK DARI SEKS BEBAS
1)    Untuk perempuan dibawah usia 17 tahun, yang pernah melakukan hubungan seks bebas akan beresiko tinggi terkena kanker serviks. Beresiko tertular penyakit kelamin dan HIV-AIDS yang bisa menyebabkan kemandulan bahkan kematian. Terjadinya KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga tindakan aborsi yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat permanen bahkan berujung pada kematian.
2)    Dampak yang seringkali terlupakan ketika melakukan free sex adalah akan selalu muncul rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu, kesepian, tidak punya bantuan, binggung, stress, benci pada diri sendiri, benci pada orang yang terlibat, takut tidak jelas, sulit tidur, kehilangan percaya diri, gangguan makan, kehilangan konsentrasi, depresi, berduka, tidak bisa memaafkan diri sendiri, takut akan hukuman Tuhan, mimpi buruk, merasa hampa, halusinasi, sulit mempertahankan hubungan.
5
Upaya Mengatasi dan Mencegah Perilaku Seks Bebas Pada Remaja

Ada beberapa upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi dan mencegah perilaku seks bebas di kalangan remaja, yaitu sebagai berikut :
1.    Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
2.    Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
3.    Biarkanlah anak bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya.
4.    Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
5.    Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
6.    Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
7.    Perlunya mendukung hobi yang di inginkan selama itu masih positif. Jangan pernah mencegah hobi maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
8.    Sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
9.    Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
10. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
11. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
12. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
13. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

6
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik bebarapa kesimpulan sebagai berikut:
1.     Populernya seks bebas di kalangan remaja, karena adanya tekanan dari teman-teman, lingkungan atau mungkin pasangan sendiri.
2.     Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku seks bebas adalah krisis identitas dan kurangnya kontrol diri.
3.     Upaya untuk mengatasi dan mencegah perilaku seks bebas yaitu orang tua harus memberi kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak remaja, adanya pengawasan yang tidak mengekang, bimbingan kepribadian dan pendidikan agama.
4.     Orang tua, lingkungan, teman sebaya, dan media sosial merupakan pengaruh terbesar bagi remaja terkena dampak dari seks bebas.
SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kami menyarankan beberapa hal berikut, kepada:
1.     Para orang tua untuk memberi kasih sayang, pengawasan intensif dan perhatian, pendidikan kepribadian dan pendidikan agama yang cukup bagi bagi anak remajanya sehingga terhindar dari perilaku seks bebas dan memberikan pengekangan yang berlebihan kepada anak.
2.     Para guru untuk selalu memberikan  pengawasan dan selalu memberikan  masukan-masukan, dan ilmu pengetahuan tentang bahaya dan dampak dari seks bebas.
3.     Para remaja untuk tidak melakukan dan terjun kedunia pergaulan bebas dan seks bebas, tetapi memperbanyak aktifitas-aktifitas positif, baik di sekolah maupun di rumah, dan tidak berpacaran hingga melewati ambang batas.

7

0 komentar:

Posting Komentar